Menjadi Pendengar yang Baik

Tanpa ada tendensi apapun dan tidak berpretensi apapun, tulisan ini didedikasikan semata mata ingin mendalami arti penting menjadi pendengar yang baik terhadap keluh kesah orang lain dan sulitnya memposisikan diri sebagai teman berbagi. Pandengar yang baik punya arti penting untuk menampung letupan emosi orang lain, karena semua orang nyaris pernah merasakan hal pahit yang menyedihkan hingga tak tertahan keluh kesah sebagai respon alamiah sifat ke-manusiawi-annya, tempat dicurahkannya tentu kepada orang-orang terdekat sebagai bentuk ekspresi interaksi sosial, tentu setelah semua ditumpahkan kepada Tuhan semesta alam sumber dari segala solusi dan ketentuannya.

Saya yakin, semua orang punya sosok persona yang dianggap layak menjadi tumpahan curahan isi hatinya dan akan sangat berbahagia karena ada teman berbagi keluh dan kesah yang memungkinkan bisa meringankan himpitan sesak di dada seseorang, sosok inilah akan menjadi pendingin suasana dan penetralisir gundah gulana, namun tak semua orang mampu melakukannya dengan baik, Faktanya mencari orang yang benar-benar mampu menjadi tempat adu-an curahan hati tidaklah mudah, karena secara mental ia harus siap berposisi lebur dalam empati merasakan kepedihan, keluhan dan penderitaan orang. Bukan slogan atau nasehat counter attack yang mungkin menurut penulis pada saat curahan dimuntahkan tidaklah tepat.

Ada saatnya kita diam untuk mendengarkan secara khusyu’ seraya sesekali melepaskan positive support supaya dijadikan sebagai energi untuk bangkit dari kegelisahan yang berlarut-larut, tentu perlu segera dicatat bahwa pada kondisi seperti itu tidak butuh nasehat, karena tak mudah menasehati seseorang yang sedang meletupkan kegalauan hatinya. Ia yang sedang dirundung gelisah hanya butuh simpati dan mendengar serta mencermati curahan hati sebagai bukti rasa empati.

Da seorang bijak dalam akun instagramnya, Kata bijak Raditya seorang penulis ternama, mengatakan bahwa pada saat tertentu kita butuh diam dan menjadi pendengar yang lebih baik. Penulis sepakat dengannya karena diam dalam posisi tersebut merupakan cara terbaik untuk berbuat baik.

Sebagai renungan filosofisnya, Tuhan menciptakan dua tangan dan dua kaki, agar manusia bekerja dan sama besarnya dalam upaya berbagi, menciptakan dua mata dan dua telinga tetapi mengapa lisan ini hanya dicipatakan satu saja, tidak lain adalah memberikan pelajaran berharga, agar lebih banyak mendengar ketimbang biacara. Pembicara yang baik adalah dia yang mampu menjadi pendengar yang baik, terlebih pada saat saat terntentu orang lain 'hanya' didengar.

Aku perlu angkat topi tinggi-tinggi kepada sahabat twitterku:

@shitlicious: Jadilah pendengar yang baik, bukan pemberi saran saat tak dibutuhkan. Cewek curhat itu mau didengar, bukan diceramahi. #HowToBeAGentleman

@nulhusnul: Ada kalanya cerita curahan hati kita hanya butuh didengar, tnpa harus diberi solusi, maka jadilah pendengar yang baik -HK-

@SofeyanaAzra: Siapa pon kita , dari mana pon kita , jadilah pendengar yang baik untuk sahabat kita . Itu penghargaan bagi dia

@Widyandarusandi: Jadilah pendengar yang baik apa bila teman sedang bercerita dia butuh di dengarkan bukan saran saran boleh jika di minta

@Riska_uswatun: Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk dimengerti tetapi juga untuk mengerti !

@Setidaknyaa: Semua orang punya masalah, tetapi tidak semua orang punya pendengar yang baik dan benar peduli.

dan lain-lain

Thanks for all your attention 
Share:

No comments:

Post a Comment

Terimakash Atas kunjungan dan komentarnya ( salam persahabatan )

Popular Posts

Labels

Recent Posts

Motto

  • Membaca
  • Mengamalkan
  • Mennulis
  • Menyebarkan