Ramadhan sudah tidak utuh lagi, hanya hanya tersisa secuil saja setelah berlalu begitu saja maka label taqwa tambah baik dan tidaknya segera diputuskan oleh Allah swt. Saatnya....Segala upaya harus diberangkatkan dipakai untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, namun adakah yang sadar bahwa segala materi, ilmu, pangkat dan apapun yang kita punyai tidak akan mampu mendekati Allah sama sekali selama dalam jiwanya ada benih ‘pemberotakan’ atau membatah terhadap titah kebenaran. Terkadang saking kerasnya hati seseorang, kebenaran yang disuguhkan di pelupuk ia tolak mentah-mentah. Karakter yang demikian ini sejalan dengan Sabda Nabi saw;
ما ضل قوم بعد هدى كانوا عليه إلا أوتو الجدل
Tidaklah sesat sebuah kaum sesudah mendapatkan petunjuk, kecuali orang-orang yang berontak
Harta, kedudukan, amal bahkan seluruh ilmu yang kita punya tidaklah menjadikan diri ini menjadi dekat kepada Allah, justeru malah menjadikan jalan sesat pada saat ‘memberangkatkan’ hatinya untuk mendekati Allah. KH. Asrori al-Ishaqi dengan mantab menjelaskan panjang lebar soal bagaimana kita harus
memberangkatkan hati ini mendekati Allah.
Na’udzubillah tsumma na’udzubillah
Semua orang menginginkan selamat dari celaka, jangankan orang berbuat baik, seorang pencuri sekalipun menginginkan selamat pada saat mencuri. Alasan ingin selamat sebagai ‘pembenar’ setiap perbuatan pasti sudah dikantongi dengan apik, masalahnya, apakah alasan pembenar itu menjadikan sesuatu menjadi pasti benar?. Sekali-kali “Tidak”, hanya kaidah kebenaran syara’ dan keputusan final Allah al-haqq yang mampu menjelaskan secara detail di akhirat kelak, bila di dunia tidak mampu memilih dan memilah kebenaran yang hadir di hadapan kita .
Bagi hati yang telah dicerahkan oleh Allah pasti bisa mengenali sekecil apapun kebenaran dengan mata hatinya (bashirah) tetapi sebaliknya bagi orang-orang yang hatinya tertutup dan sudah mengeras seperti baja maka sebesar apapun keburukan pasti akan tertutup oleh kemilau alasan ‘pembenar’ yang dibuat oleh nafsunya sendiri, di situlah bisikan iblis yang paling berperan..
Imam Ghazali juga pernah memberikan pencerahan, kurang lebihnya adalah “seluruh sujud yang khusyu’ seandainya di dalam sujud tersebut terdapat satu sujud saja yang engkat mengira telah dekat berkat sujud tersebut kepada Allah maka dosanya akan lebih besar daripada dosa seluruh makhluk yang bernyawa diseluruh alam marcapada ini, baik dari golongan manusia maupun hewan”. Betapa kita merasakan kebodohan yang teramat luarr biasa menganggap bahwa kebaikan yang pernah kita lakukan merasa cukup mendekatkan diri kepada Allah.
Said Agil Siradj menjelaskan bahwa orang yang paling tertipu menurut kajian tasawuf adalah orang yang tertipu terhadap permainannya sendiri, maksudnya ia merasa mulia di saat melakukan perbuatan baiknya. Beruntunglah orang yang sering memaki-maki hatinya sendiri, semakin ia sering memaki dirinya maka semakin bersih hatinya...ya Allah tuntunlah kami ke jalan yang benar dengan cara yang benar, sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ali kw.
قليل من التوفيق خير من كثير من العقل و العلم (على كرم الله وجهه
Sedikit dari pertolongan Allah untuk mengamalkan ilmu itu lebih baik daripada banyaknya ilmu dan akal