Sabtu senja, saat matahari tenggelam di kaki bumi bagian barat, serentak takbir menggema dimana-mana, dari segala penjuru kota hingga ke plososk-plosok desa, di masjid-masjid maupun di mushollah, di surau dan di meunasah, alunan takbir berlangsung semalam suntuk hingga pagi tiba.
Rasa suka cita, haru dan sedih campur aduk bergemuruh menjadi satu dalam kalbu, seiring datangnya syawal tanggal 1, Bersuka cita karena sukses menuntaskan ibadah puasa satu bulan lamanya, didalamnya kita dilatih mengendalikan nafsu, syahwat perut serta keserakahan dalam berbagai jenisnya. Bukan bersuka ria karena melepas Ramadhan yang seyogyanya selalu dinanti kehadirannya
Kini…Idul Fithri adalah momentum penting menenun kembali persaudaraan dan merekatkan persahabatan yang mungkin pernah terkoyak oleh prilaku yang alpa atau pernah salah kata baik disengaja maupun terpaksa, di momentum Idul Fithri ini marilah kita tebar permaafan kepada sesama. Memaafkan merupakan manifestasi sikap luhur hasil dar oleh oleh hari raya, karena melalui sikap pemaaf benang persatuan mudah ditata, persaudaraan lebih mudah untuk dijaga. Memaafkan tidak lain adalah menghapus kesalahan orang lain, hingga kesalahan yang pernah terjadi tidak berbekas samasekali. Tak peduli dengan jatuhnya gengsi, permintaan maaf harus kita haturkan
Idul Fithri juga menjadi hari pertama praktik hasil puasa Ramadhan kita dan akan berjalan kontinyu sebelas bulan yang akan datang, semoga kita semua selalu dalam bingkai rajutan persaudaraan dan persatuan yang utuh. Amiin ya rabbal alamin