Ulat Bulu dalam Bingkai Teologis

Info Meningkatnya ulat bulu akhir akhir ini banyak diperbincangkan berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Berbagai kalangan ilmuwan mencoba ‘mencari tahu’ informasi dibalik meningkatnya populasi ulat bulu (desiciria inclusa) yang begitu cepat. Bahaya ulat bulu memang tidak seperti berbahaya ledakan bom atau kebocoran nuklir, tetapi ‘ledakan’ jumlah ulat bulu sudah mampu mengusik kenyamanan, sejak terjadi pertama kali di Probolinggo, Pasuruan, Mojokerto, Jombang, Bojonegoro dan berbagai daerah lainnya termasuk Jakarta dan Medan. Fenomena seperti ini mengingatkan kita 26 Maret 2009 dimana ulat bulu juga menyerang Bandung dan Lamongan

Akibat meningkatnya populasi ulat bulu itu sampai ada beberapa sekolah diliburkan, musholla yang sementara tidak dipergunakan, dan sebagian kecil masyarakat mengungsi ke tempat lain, demi menghindari serangan ulat bulu yang perkembangannya secara mendadak bisa mencapai puluhan ribu.

Berbagai analisa pun mulai berhamburan, di antaranya penelitian dari IPB yang mengatakan bahwa ulat bulu bukanlah bioteror tetapi hanya sebatas gejala alam dengan berbagai faktor, misalnya pergantian cuaca yang tidak normal, berkurangnya predator akibat letusan bromo, ekosistem yang tidak seimbang, lingkungan yang buruk dan hal hal lain yang bersifat ilmiah.

Berfikir Teologis
Tanpa menafikan kajian ulat bulu dari sisi ilmiah, saya pun punya pandangan lain dari sisi teologis. Bahwa wabah seperti ini pernah mengancam Fir’un dan kaumnya karena banyak dosa dan kemungkaran. Apakah karena pemimpin rakyat negeri ini terlalu banyak dosa, seperti korupsi, pejabat tidak peduli dengan rakyat, rebutan kekuasaan, mubaligh yang terpesona oleh pujian, tampil di muka publik dengan pakaian indah, saling merdu-merduan suara, berebut rating dan iklan, sehingga alam ini tidak bersahabat lagi, dan bahkan ulat pun mungkin melihat dengan ‘jijik’ bukankah Fir’un juga di adzab dengan kemarau yang panjang

وَلَقَدْ أَخَذْنَا ءَالَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ.
Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir`aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. “ (QS. Al A’raf: 130)

Para pejabat dan rakyat ingin bermain klaim, bahkan saling tuduh antara yang satu dengan yang lain, saling piting saling banting demi mengamankan tercapainya kepentingan, sehingga adu fitnah dan bermain berita di hapadan publik, yang salah berubah wujud menjadi benar dan sebaliknya

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ.
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Ini adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (al A’raf: 131)

Karena sederet dosa dan pengingkaran kebenaran itulah maka Fr’un dan Rakyatnya dihukum oleh Allah berbagai macam hukuman beberapa tahun sebelum ditenggelamkan.

فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ ءَايَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ

Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.(al a’raf : 133)

Saya bukan penganut Jabbariyah yang hany percaya takdir an sich, juga bukan golongan qadiriyah rasional murni, tetapi dalam hal ini kita semua patut merenung dan bertanya ke masing masing indivisu atas segala dosa yang harus di taubati dan nikmat yang harus di syukuri

Pemahaman teologis sangat bergantung dengan latar belakang pengetahuan dan keyakinan, Tapi fenomena ulat bulu memberikan kesan mendalam terkait sejarah dalam Qur’an tentang kisah hukuman Allah terhadap Fir’un dan kaumnya, sebagai kajian teologis. Di sisi lain, bumi ini diwariskan kepada manusia karena itu disebut khalifatullah, namun aturan merawat alam harus selalu patuh dengan aturan Allah karena itu manusia disebut juga ‘abdullah. Nah, mungkin kita tidak mengindahkan peraturan tersebut, penebangan meraja lela, bukit gundul, membunuh predator hewan dengan membabi buta, sehingga ekosistem tidak seimbang, dan…. Yang terjadi adalah wabah ulat bulu
Butuh waktu berapa lagi kita menyadari dosa-dosa ini semua…??? hmm

Share:

23 comments:

  1. wah manstap sekali artikelnya.....
    ulat bulu dalam kajian teologisnya....
    posting terus artikel yang bernafaskan islami...
    jangan menyerah,...terus berdakwah lewat media internet.....
    sampikanlah walau satu ayat....

    ReplyDelete
  2. saya juga terpikirkan hal ini kang, kayaknya ini memang teguran ... karena kurangnya rasa syukur dan dakwah ...


    Keep Post you'll never ngeblog alone mas wiyono :D

    ReplyDelete
  3. Assalaamu'alaikum... karena sampean nyri follow, oke deh sy follow. hehe.. follow back ya ust.. :D

    btw, pstingnya bagus2 ust, keep posting ya.. :)

    ReplyDelete
  4. terimakasih Ustadz atas responnya, memang sy lebih senang melihat sesuatu itu diawali dari pendekatan supranatural...kemudian di sejajarkan dengan teori ilmiah....nantinya terserah apa bisa nyambung/ diterima akal/logika manusia atau tidak.
    dan pendapat ini juga tetap dilingkup pribadi.

    ReplyDelete
  5. semua masalah kalo dikembalikan ke Tuhan pasti bayak hikmahnya... dan yang paling penting kita belajar dari hikmah tersebut untuk hidup lebih baik dan lebih mendekatkan diri kepada Allah...

    sudah saya follow mas...
    makasih

    ReplyDelete
  6. admin16/4/11

    semua kawan ok,,,

    ReplyDelete
  7. makasih pak ustadz udah mampir...^^ artikel nya manstab mengupas sesuatu dari pandangan islam subhanallah

    ReplyDelete
  8. objek ilmu yang tertinggi adalah ke-Tuhanan, namun pada umumnyaa pengamatan ilmuan hanya berhenti pd fenomena alam dgn hukum kausalitasnya, dgn dalih mistis, tahayul, dll, mereka menghindari kajian2 yang mengarah teologis. Mungkinkah ini satu sisi kesombongan kaum sbgmn firaun didatangkan adzab Allah karena kesombongannya itu....

    ReplyDelete
  9. Tulisan yang sangat bagus, jika kita kembali kepada ajaran agama islam, ada yang namanya ihsan ( prasangka yang baik akan Tuhan ), atau kalau mau kita kembali ke alqur'an ada cuplikan ayat yang menyatakan apa yang di berikan Allah kepada makhlikNya itulah yang terbaik, ada kalanya dalam pandangan manusia jelek tetapi menurut Allah baik, selanjutnya segala sesuatu yang di ciptakan Allah ( ayat kauniyah )merupakan objek agar hambaNya berpikir, afala tatafakkaruun, afala ta'qiluun, afala tubshiruun, ibrah buat ulul albab, atau barangkali apa yang terjadi adalah berlakunya hukum sunnatullah ( sebab akibat ) ulah perbuatan hambaNya.dalam alqur'an ada cuplikan ayat yang menerangkan 'telah nyata kerusakan di muka bumi akibat ulah perbuatan manusia" lalu pertanyaannya adalah kenapa tentara Allah (ulat bulu) di turunkan secara ramai kenapa tidak satu atau dua ekor? kenapa ulat bulu hanya menyerang daerah tertentu? pesan apa yang tersirat dengan tentara ulat bulu? MAKA NIKMAT YANG MANA LAGI KAMU DUSTAKAN? STOP MENUDING SIANU-ANU. Afala tatafakkaruun..???????????

    ReplyDelete
  10. Mungkinkah ini pertanda
    1). Yang Maha Pencipta seolah bertanya ; Hei hamba-hambaKu "Apa yang telah kamu lakukan terhadap ciptaanKu sehingga terjadi serangan Kami ini? ( Hukum sebab akibat )
    2). Yang Maha Kuasa bertanya lagi " Nikmat yang mana lagi kamu dustakan?
    3). Yang Maha Kuasa bertanya lagi, Dimana keberadaanKu kamu letakkan dalam langkah kehidupanMu?
    4).Seolah Yang Maha Berkuasa bertanya, LIHATLAH APA YANG TERJADI LALU AMBIL PELAJARAN DARI PADANYA :
    @ Proses kehidupan ulat bulu ( kajian ilmiah ) "BACALAH dengan NAMA TUHAN YANG TELAH MENCIPTAKAN" atau Arrahman, Telah mengajarkan QUR'AN (Bacaan ; tertulis atau tercipta ). Apakah kita sudah senantiasa ingat sama DIA dan Menerima menyadari akan PengajaranNya?
    @ STOP MENUDING-NUDING INI DOSA KAMU, KAMU, KAMU...dst..Ini dosa kita bersama dan mari kembali bersama .
    @

    ReplyDelete
  11. Hikmah@ terumakasih atas apresiasinya...
    mungkin lebih lengkaplagi kalau kita membaca sejarah fir'un dari ayat 128 s.d 133 karena kisah itu begitu kentara, bahwa manusia bisa berposisi sebagai khalifah namun tidak mampu sebagai 'abdun sehingga hidup ala dirinya sendiri. Akibatnya alam rusak danekosistem tidak seimbang.
    Kita tetap tidak menuduh orang lain, tetapi selalu menuduh diri sendiri (muroqabah) tetapi untuk muroqobah tetntu di dahului dengan mungin atau prasangka. Perlu kita ketahui bersama bahwa prasangka (courisity) adalah embrio dari segala ilmu pengetahuan.
    Nah, kemungkinan kemungkinan itu-lah yang kemudian yg disebut oleh inspirasi sebagai fenomena.

    kmudian mungkin kita perlu membedakan mana wilayah fakkur, ta'aqqul dan tadabbur.... Tapi akan kami posting tentang ketiga makna tersebut.
    sekali lagi support hikmah sangat kami harapkan di posting² yang akan datang

    ReplyDelete
  12. Salam sahabat
    Sangat bermanfaat bagi saya untuk mempelajari ilmu lebih lanjut
    Maaf telat dan udah saya follow

    ReplyDelete
  13. Saya sudah pernah mau nulis soal ulat bulu ini. Saya ingat bahwa jaman Nabi Musa ada wabah katak, kutu, sungai Nil jadi merah. masalahnya kalo saya ungkapkan dengan bincang-bincang dengan orang lain jawabnya, kan jamannya beda. Nabi Musa kan gak ada jadi siapa mau doain. Saya rasa perlu ada doa bersama menyeluruh bangsa ini...

    ReplyDelete
  14. ami@ usul yg baik...

    ReplyDelete
  15. semoga saja cepat diberantas ulatx :D

    ReplyDelete
  16. aku bagi2 award, ambil ya. :)

    ReplyDelete
  17. Duh mas, postingannya jadi bikin takut... (sadar kalau banyak dosa)

    ReplyDelete
  18. Bisa jadi itu adalah perlambang ulat-ulat yang sedang menggerogoti kekayaan negara dan milik rakyat sehingga membasminya pun harus dengan racun sampai tuntas. Karena untuk menyadarkan sudah terlalu sukar dilakukan.

    ReplyDelete
  19. halaman ptih@wah...tafsiran baru nich... bisa juga sob.

    ReplyDelete
  20. Anonymous9/11/11

    Assalaamu'alaikum wrwb. Salam kenal Ust. Mhon share y. Sy mncoba mbaca fenomena Ulat Bulu. Kata "ulat" hny trdpt dlm QS Al-Fiil: 5, *1) Dr isyarat surat dceritakn, pasukn besar/gajah yg kalah oleh pasukn kecil/burung yg scara akal ini tdk mungkin. *2) Dr isyarat ulat, makhluq kcil yg lmah tp mampu mmatikn sbuah phon. Dr 2 isyarat trsbut dpt diambil ksimpulan, bhw dlm khidupn, tdk sdikit orang celaka bukan oleh hal2 yg besar tp justru oleh hal2 kecil yg dianggap sdikit,sepi,ringan,cetek,enteng,sepele. Contoh: "ah cuma skali kok sy tdk sholat, ah cuma sdikit kok sy korupsi," klihatanny sih sdikit tp klw dlakukn trus mnrus? Pohon besar hancur bukan oleh panas matahari yg mnyengat, bukan oleh hujan brcampur angin topan tapi oleh rayap. Isyarat ulat bulu adl orang yg menganggap enteng, cetek thd prilaku salah/dosa.

    ReplyDelete

Terimakash Atas kunjungan dan komentarnya ( salam persahabatan )

Popular Posts

Labels

Recent Posts

Motto

  • Membaca
  • Mengamalkan
  • Mennulis
  • Menyebarkan