Al Farabi dan Filsafat Emanasi

Info filsafat, Al Farabi adalah seorang filosof Muslim dalam arti yang sebenarnya. Ia telah menciptakan sistem filsafat yang relatip lengkap, dan telah memainkan peranan penting dalam perkembangan pemikiran filsafat di dunia Islam. Al Farabi mempunyai nama lengkap Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad Ibn Tharkhan ibn Auzalagh al Farabi, atau dikenal juga Abu Nashr, lahir di Wasij, sebuah dusun kecil di distrik kota Farab, provinsi Transoxiana, Turkestan tahun 257 H/890 M. Meski ayahnya keturunan bangsawan Persia, namun keluarga al-Farabi dianggap sebagai orang Turki. Disamping bahasa Sogdia (dialek Turki), juga karena gaya hidup dan kebiasaan kultural mereka mirip orang Turki. 

Pemikiran filsafat al Farabi yang terkenal adalah penjelasan tentang emanasi, atau yang lebih dikenal teori emanasi (al Faidh), yaitu teori yang mengajarkan proses urutan kejadian suatu wujud yang mungkin (bc:alam makhluk) dari zat yang wajib al wujud (bc: Tuhan). Menurutnya, Tuhan adalah akal pikiran yang bukan berupa benda. Segala sesuatu yang ada saat ini adalah ber-manasi (memancar) dari Tuhan, Ilmu Nya menjadi sebab bagi wujud semua yang diketahuiNya.
Tuhan itu Esa, karena itu, yang keluar dari padaNya juga tentu harus satu wujud saja. Kalau yang keluar dari zat Tuhan itu terbilang, maka berarti zat Tuhan itupun berbilang pula, hal ini mustahil terjadi. Menurut al Farabi dasar emanasi adalah pemikiran Tuhan dan pemikiran akal-akal yang timbul dari Tuhan mempunyai kekuatan emanasi dan penciptaan. Contohnya, Dalam alam manusia sendiri, apabila kita memikirkan sesuatu, maka tergeraklah kekuatan badan untuk mengusahakan terlaksananya atau wujudnya.

Tuhan sebagai akal, berpikir tentang diri-Nya, dan dari pemikiran ini muncul ‘akal-akal’ lain yang terjadi secara serentak, jadi jangan dipahami sebagai proses yang lama, tetapi pahamilah terjadinya degnan proses yang serentak, menjadi serentetan akal akal lainnya. 

Tuhan sebagai akal, berpikir tentang diri-Nya, dan dari pemikiran ini timbul suatu maujud lain. Tuhan merupakan wujud pertama (الوجودالأوُل) dan dengan pemikiran itu timbul wujud kedua (الوجوداالثانى) yang juga mempunyai subtansi. Ia disebut akal pertama, First Intelligence (العقل الأوُل) yang tidak bersifat materi. Wujud kedua ini berpikir tentang wujud pertama dan dari pemikiran ini timbullah wujud ketiga (الوجودالثالث) disebut Akal kedua, Second Intellegence (العقل الثانى).

Wujud Kedua atau Akal Pertama itu juga berpikir tentang dirinya dan dari situ timbullah akal kedua (Langit Pertama)
Akal Ketiga (bintang-bintang)
Akal Keempat (Saturnus)
Akal Kelima(Jupiter)
Akal Keenam(Mars)
Wujud Ketujuh/Akal Keenam
Akal Ketujuh (Matahari)
Akal Kedelapan (Venus)
Akal Kesembilan (Mercury)
Akal Kesepuluh (Bulan)

Pada pemikiran Wujud Kesebelas/Akal Kesepuluh, berhentilah terjadinya atau timbulnya akaal-akal. Tetapi dari akal kesepuluh muncullah bumi serta roh-roh dan materi pertama yang menjadi dasar dari keempat unsur api,udara, air dan tanah.

Jiwa manusia sebagaimana halnya dengan materi asal memancar dari Akal Kesepuluh. Sebagaimana Aristoteles, ia juga berpendapat bahwa jiwa mempunyai daya-daya, yaitu : Gerak, makan nutrisi, Memelihara, Berkembang, Mengetahui, Merasa, Imajinasi, Berpikir, Akal praktis, Akal teoritis (theoritical intllect)

Share:

No comments:

Popular Posts

Labels

Recent Posts

Motto

  • Membaca
  • Mengamalkan
  • Mennulis
  • Menyebarkan