Muhasabah

Hari menjelang malam saatnya ber-muhasabah, mengintrospeksi diri atas segala sesuatu yang telah dikerjakan selama sehari penuh, lebih banyak mana antara kebaikan dan keburukannya, bila banyak kebaikannya maka ucapkan hamdalah tetapi bila aktifitas hari ini banyak didominasi keburukan, maka berlindunglah dan mohon ampunlah kepada-Nya. Itulah prilaku orang orang yang pandai dalam beramal, sebagaimana HR. Imam Turmudzi

"Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, "Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT". (HR. Imam Turmudzi)

Muhasabah berarti introspeksi diri, menghitung secara detail walaupun tidak harus ditulis satu persatu, menit per-menit atau jam per-jam tetapi dapat dilakukan dengan cara merenung sesaat, untuk mengetahui betapa banyak ibadah sunnat yang terlewatkan. Ibadah yang seharusnya dilakukan tetapi ditinggalkan, misalnya setiap denyut nadi seharusnya untuk dzikir tetapi terlewatkan begitu saja, setiap tarikan dan hembusan nafas seharusnya disertai dengan ibadah tetapi banyak pula hembusan yang terbuang dengan sia-sia belaka. Dengan perenungan mendalam disertai dengan kesadaran penghambaan kepada Allah maka kita akan disadarkan bahwa kehidupan ini yang dijalani detik per detik ini sangat berati untuk masa depan yang lebih kekal yakni mempersiapkan diri untuk kematian.

Kematian akan meutuskan segalanya, meutuskan amal perbuatan, kasih sayang serta kenikmatan dunia. Setelah kematian semua menjadi nyata, yang baik akan berbalas baik dan yang buruk berbalas keburukan in ahsantum ahsantum li anfusikum, wa in asa’tum falaha. Kematian adalah pintu gerbang menuju kehidupan yang benar benar hakiki, ia abadi dan semua menjadi transparan tidak ada yang bisa ditutup tutupi. Nah, Muhasabah menjadi media mengumpulkan modal dan persiapan sebelum manusia diadili sejak di pintu kematian.

Muhasabah membuka ruang mata bathin selebar lebarnya untuk mengetahui aib diri dan pengakuan sesadar-sadarnya akan kondisi diri secara personal, setelah mengetahuinya kemudian termotivasi memperbaikinya hingga menjadi sebuah gerakan spiritual menuju titik kesempurnaan tertinggi dengan berbagai upaya maksimal sesuai dengan kemampuannya bukan semaunya.

Muhasabah juga dapat dijadikan sebagai pengendalian diri dan mewaspadai keinginan nafsu yang cenderung menjerumuskan, banyaknya keinginan yang tumbuh dalam diri harus selalu dipilah-pilah untuk dibedakan antara keinginan baik dan keinginan buruk, kemudian di pilih yang terbaik oleh akal sehat untuk dikerjakan. Dalam muahasabah akal mempunyai peran penting, karena akal diharapkan menjadi penerang hati, akal menjadi imamnya sedang hati sebagai makmumnya. Memang sulit terbantahkan bahwa secara ilmiah penelitian menyebutkan 70 persen tindakan manusia dipengaruhi oleh hatinya, 30 persen dipengaruhi oleh akal sehatnya. Banyak orang orang yang cerdas akalnya, mampu membedakan kebaikan dan keburukan tetapi yang dilakukan justru mengikuti keinginannya. Kondisi seperti ini mengindikasikan bahwa manusia cenderung bertindak dengan hati bukan dengan akalnya.

Keadaan keliru semacam ini harus ‘dilawan’ dengan genap kemampuan dan memutarbalikkan menjadi tambatan akal sebagai filter atas kinerja hati. Muhasabah menjadi elemen penting dalam kehidupan karena muhasabah menggunakan akal untuk ‘mengadili’ diri secara pribadi. Muhasabah harus dilakukan setiap saat atau paling tidak yaah setiap malam agar prilaku ini tidak melenceng jauh dari rel agama yang telah ditentukan oleh Allah swt
Share:

No comments:

Post a Comment

Terimakash Atas kunjungan dan komentarnya ( salam persahabatan )

Popular Posts

Labels

Recent Posts

Motto

  • Membaca
  • Mengamalkan
  • Mennulis
  • Menyebarkan