Peran Pemerintah Dalam Peningkatan Minat Baca

Terbit, 25 Nopember 2016
Peran Pemerintah Dalam Peningkatan Minat Baca adalah artikel yang sempat di terbitkan di koran lokas bertepatan pada hari guru, cukup beralasan kiranya pimpinan redaksi Tangselpos menertbitkan bertepatan dengan hari guru, karena tema tulisan ini sangat kental dengan nuansa pendidikan. selamat membaca.
Seiring dengan kuatnya bacaan orientasi keahlian dan peneguhan cita-cita anak bangsa ditemukan bentuknya, cendekiawan bijak bestari pernah mengatakan, buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya. Buku bergizi akan menambah supply pengetahuan yang berkualitas, pada akhirnya tercetak generasi berpengetahuan luas yang didedikasikan sebagai aset bangsa. Sebuah bangsa dengan pengetahuan maju akan lebih percaya diri untuk tetap duduk sama rendah berdiri sama tinggi di hadapan bangsa-bangsa lain di dunia. 

Negara-negara maju banyak menerapkan pengetahuan sebagai kekuatan dan aset bangsanya, Francis Bacon pernah mengatakan knowledge is power, mereka sadar bahwa sumber daya alam yang dimiliki sangat terbatas seiring tumbuh kembangnya jumlah penduduk yang terus bertambah. Lalu bagaimana pergulatan putera puteri ibu pertiwi ini dengan minat baca.

Minat baca bangsa Indonesia sangat memprihatinkan, terbukti melalui hasil survey "Most Littered Nation In the World" oleh Central Connecticut State Univesity Maret 2016 yang menempatkan Indonesia jatuh di peringkat ke-60 dari 61 negara, Posisi Indonesia persis berada di bawah Thailand peringkat 59 (Kompas, 29/8/2016).

Komitmen peningkatan minat baca anak bangsa yang diinisiasi PT Gramedia Asri Media patut diberikan penghargaan setinggi-tingginya, ide cemerlang melalui event big sale yang diselenggarakan di kawasan Industri Pergudangan Taman Tekno, XI Blok D 12B-15 BSD City, Tangerang Selatan, sejak tanggal 8 sampai dengan 22 Nopember tak pernah sepi pengunjung. Tak kurang dari 20.000 judul buku dijual dengan harga murah di sana. 

Masyarakat berbondong-bondong rela masuk dalam jajaran anggota antrean panjang, hingga diberlakukan buka tutup, masing masing pengunjung diberi kesempatan satu jam untuk membrong buku yang diminatinya. Pemandangan seperti ini kiranya sudah cukup menjadi bukti, bahwa minat baca bangsa ini masih relatif tinggi, adapun fakta menempatkan Indonesia berada pada di peringkat ke- 60 dunia, lebih disebabkan faktor ekonomi menghadapi realitas harga buku tidak terjangkau oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah. Tinggal bagaimana respon pemerintah menangani realitas perbukuan yang ada saat ini, supaya penerbit mampu mematok harga yang lebih terjangkau oleh semua kalangan.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan pendidikan –termasuk minat baca-- memang sudah dilakukan antara lain berupa naungan payung hukum di bawah UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Pencanangan Gerakan Membaca. Disusul dengan Permendikbud No. 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti, bentuk implementasinya berupa penggunaan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran, hal ini dimaksudkan untuk menemu-kenali potensi siswa, dalam konteks siswa sebagai subjek sedangkan Permendikbud berfungsi sebagai predikat. Hemat penulis, langkah tersebut masih harus diikuti dengan objek sasarannya, yaitu buku murah yang terjangkau oleh orang-orang berkantong dangkal. 

Problem peningkatan mutu sumber daya manusia dimana pendidikan dan pengetahuan sebagai tolak ukurnya memang banyak menemui banyak kendala, selain peroalan jumlah anggaran, sistem pembelajaran, kompetensi guru, infrastruktur, juga diperparah oleh rendahnya minat baca, walhasil penyediaan buku murah menjadi salah satu mesin dongkrak meningkatkan pendidikan secara umum dan merata, segmentasinya tidak hanya di bangku-bangku sekolah atau kuliah, terbatas hanya pelajar dan mahasiswa, upaya ini dimaksudkan mampu menggeser paradigma warga negara menjadi lebih maju, lebih kreatif dan orienntatif dalam menyongsong masa depannya. 

Dengan buku murah, setiap warga diharapkan menjadi kolektor buku kemudian menelusuri kandungan pengetahuan dalam buku koleksinya, baik di rumah, di tempat kerja, terutama di lembaga-lembaga pendidikan. Pemanfaatan waktu luang untuk membaca lebih terbentang luas, bukankah Cicero seorang orator dan penulis dunia pernah mengatakan: “a room without book like body without soul”. Membaca buku berkualitas akan mempercepat roda penggerak agenda perubahan, karena dalam buku yang dibaca tergambar isi dunia, letak, pelaku dengan segala karekater yang melingkupinya. 

Pendek kata membaca adalah jendela dunia. Inilah sesungguhnya yang perlu dilakukan oleh pemerintah sebagai salah satu implementasi jargon ‘revolusi mental’ yang mana gaungnya telah diperdengarkan di ruang dengan kita di babak-babak awal kampanye pemilihan presiden terpilih saat ini, melalui bacaan ranah wawasan bertambah serta memicu imajinasi dan kreatifitas generasi selanjutnya. Bermula dari imajinasi selanjutkan dilakukan sebuah aksi atas gambara dunia dengan segala isi dan hiruk pikunya penduduk dunia, termasuk letak dan segala karakter yang melingnkupinya. Sketsa kejadian di dunia terpampang jelas dan membentang luas di hadapan pembacanya. Dari ruang baca tersebut akan lahir ide-ide tiruan atau bahkan menciptakan hal hal baru untuk kemajuan bangsa ini.

Pertanyaan mendasarnya adalah, bagaimana cara menciptakan buku murah yang sesuai dengan kompetensi pembacanya, bila buku hibah terkadang tidak sesuai dengan keinginan pembaca. Tentunya selain upaya-upaya tekhnis di atas, Tidak lain adalah upaya campurtangan pemerintah secara praktis dengan menyisihkan anggaran dana belanja pendidikan dialihkan ke penerbit-penerbit yang berkompeten diwujudkan dalam bentuk subsidi kertas untuk menerbitkan buku, mengingat bahan dasar buku adalah kertas. 

Langkah alternatif ini dimaksudkan supaya penerbit mampu mencetak buku dengan biaya murah, kemudian diikuti dengan harga buku murah pula. Fasilitas subsidi kertas juga semakin meningkatkan daya rangsang penulis dengan memberikan lebih insentif dari alokasi pendanaan untuk kertas tersebut, Murahnya harga buku tersebut pada akhirnya akan terjangkau oleh semua kalangan, utamanya pera pelajar dan mahasiswa. Keuntungan langkah alternatif ini juga akan memacu peningkatan produksi kertas diikuti budidaya bahan baku kertas, tidak hanya itu saya kira, penulis penulis akan bermunculan dan penerbit bersaing di bawah pengawasan pemerintah.

Share:

No comments:

Post a Comment

Terimakash Atas kunjungan dan komentarnya ( salam persahabatan )

Popular Posts

Labels

Recent Posts

Motto

  • Membaca
  • Mengamalkan
  • Mennulis
  • Menyebarkan